DISKUSIKAN KASUS BERIKUT INI
DI FATUULAN, GENERASI MUDA DAN TUA BERJARAK, KEMUDIAN BERSAMA
membicarakan pemuda seperti memacak diri sendiri di depan kaca karena bagi kelompok yang lebih muda, kegiatan ini biasanya menggugah mereka untuk melakukan sesuatu yang lebih baik di waktu mendatang. sebaliknya bagi anggota masyarakat yang berusia tua, hal ini seperti mengkilas balik hidup mereka dan membandingkannya dengan yang sekarang. hal itulah yang terjadi di Desa Fatuulan, 12 Agustus 2005 yang lalu, ketika sebanyak 164 anggota masyarakat berkumpul dan memperingati Hari Pemuda Sedunia.
di desa yang terletak di kecamatan Kie ini, CWS Indonesia mengadakan pertemuan. dalam pertemuan itu, dibentuk kelompok masing-masing yang mendiskusikan masalah-masalah kepemudaan yang terjadi di Desa Fatuulan, apa penyebabnya, dan bagaimana pemecahannya, menarik sekali memperhatikan jawaban-jawaban yang terlontar, apalagi karena mereka yang berdiskusi, berasal dari generasi-generasi yang berbeda. hal yang menjadi masalah bagi kelompok generasi muda ternyata berbeda jika dilihat dari kaca mata tokoh adat, tokoh agama, dan pemerintah.
minuman keras misalnya, menempati prioritas pertama bagi para pemuda, sedangkan bagi kelompok pemerintah dan tokoh agama masalah utama dalam masyarakat adalah hamil di luar nikah. mereka malah tidak melihat minum-minuman keras sebagai masalah. jadi, memang harus diakui, hal ini menunjukkan bahwa ada jurang yang cukup besar antara generasi muda dan tua.
perbedaan pandangan antar generasi jugalah yang terlihat ketika mereka mendiskusikan masalah hamil di luar nikah. pemuda melihat masalah itu sebagai kurangnya perhatian dari orang tua dan tidak adanya persetujuan dari orang tua atas pasangan yang dipilihnya. sementara, kelompok yang lebih tua memandang bahwa masalah itu disebabkan oleh pemuda itu sendiri yang terlalu bebas bergaul, atau penipuan dari laki-laki yang menipu perempuan yang diincarnya. lagi-lagi, tampak perbedaan sudut pandang antardua generasi ini. demikian juga dari sisi solusi. pemuda mengharapkan adanya komunikasi yang lancar dari orang tua untuk memecahkan masalah ini, generasi tua umumnya memilih jalan 'pembinaan' sebagai penyelesaiannya.
nah, kasus di atas hanya secuil dari segudang fakta yang menggambarkan jarak antara pemuda dan generasi sebelumnya. masih ada hal lain, seperti pemuda merasa selama ini tidak dilibatkan dalam rapat-rapat desa. hal ini kemudian ditanggapi positif oleh kelompok pemerintah dan mengajak para pemuda untuk membentuk badan pengurus pemuda tingkat desa, sehingga aspirasi mereka tertempung.
akhinya, aktivitas yang berlangsung dengan kritis selama 6jam dan diikuti 74 orang pemuda serta 90 orang generasi tua ini, ditutup dengan berdansa poloneis. dan poloneis merupakan tarian rakyat Timor, sebagai tanda kebersamaan antardua generasi, bukan untuk berjarak.
dari kasus yang timbul di atas, ada beberapa pertanyaan yang muncul, diantaranya :
1. apa yang menjadi penyebab perbedaan cara pandang antara kelompok generasi tua dan kelompok generasi muda ?
2. bagaimana pola hubungan keduanya ?
3. apa solusi terbaik agar kedua kelompok dapat hidup dinamis dan harmonis
berikut ini adalah jawaban saya atas pertanyaan di atas, diantaranya :
1. karena perbedaan hidup yang di alami, perbadaan pola fikir karena faktor usia, perbedaan dari sudut pandang mana mereka melihat hal itu, dan karena perbedaan pengalaman yang di rasakan.
2.
3. harus sering mengadakan pertemuan bersama dimana generasi tua dan generasi muda bisa berdiskusi agar terjalin komunikasi yang lebih baik, saling menampung aspirasi atau nasehat satu sama lain, adanya rasa saling menghargai, dan jangan ada diskriminasi umur
menurut saya hanya itu yang bisa saya jawab, dan saya sangat mengharapkan komentar dari anda sekalian karena ini adalah baham diskusi.
buku sosiologi esis, hal.151
Tidak ada komentar:
Posting Komentar